Rabu, 21 Maret 2012

PERSAHABATAN


ini adalah drama kelompok kami, ya semoga aja kalian suka.......:D

    Devi dan Lesy merupakan sahabat baik. Mereka telah bersahabat dari kecil, tapi suatu hari ketika keluarga Lesy jatuh miskin karena bangkrut. Devi pun tidak ingin lagi bersahabat dengan Lesy. Suatu siang ketika Lesy, Devi, Dwi, Nova, dan Rifda sedang berada di dalam kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah. Lesy dengan berat hati mengatakan kepada Devi untuk membantunya, karena menurutnya merupakan sahabat terbaiknya dan mau menolongnya saat susah maupun senang. Tapi yang Lesy dapat bukanlah pertolongan melainkan hinaan dari Devi.
Lesy      :   “ Devi, bisakah kamu menolongku untuk membersihkan
                 papan tulis itu ! “ (sambil memegang sapu dan mengarahkan
                 penghapus papan tulis ke arah Devi).
Devi      :   “Apa, menolongmu ! Enggak salah, kamu itu siapa ? ” (dengan wajah yang marah).
Lesy      :   “Kenapa dengan mu, Dev ! Bukankah kita sahabat, masa kamu sudah lupa dengan itu semua. “ (dengan nada yang halus).
Devi      :   “Sahabat kamu bilang. Ohh,,, no... kamu bukan sahabat aku. Aku enggak level punya sahabat kayak kamu. “ (sambil mendorong Lesy).
Dwi        :   “Hey, ada apa dengan kalian berdua, kenapa bertengkar ? “ (binggung).
Lesy      :   “Enggak ada apa-apa, kita berdua baik-baik saja. Ya kan, Dev ? “ (tersenyum mengarah ke Devi).
Devi      :   “Apa kamu bilang baik-baik saja ! Gini ya Dwi, tadi si miskin ini minta bantuan sama aku dan dia juga bilang bahwa dia sahabat aku ? Ogah deh. “ (sambil menunjuk ke arah Lesy).
          (Lesy pun pergi karna mendengar perkataan Devi tersebut)
Dwi        :   “Jangan begitu, Dev ! Bukankah kalian bersahabat dari kecil. Hanya karena keluarga Lesy jatuh miskin kamu menjauhinya.” (menasihati dan memegang pundak Devi).
Rifda     :   “Seharusnya saat-saat seperti ini lah kamu tunjukan kepadanya kalau kamu sahabat yang baiknya, bukan malah meninggalkannya. “ (menyambung perkataan Dwi).
Nova     :   “Betul itu ! Sahabat seperti apa kamu ini ?”
Devi      :   “Kalian pikir kalian siapa beraninya menasehatiku. Sok baik ! Jangan perna ikut campur urusan aku dengan Lesy. ” (memukul meja).
Rifda     :   “Kita enggak bermaksud ikut campur urusan kalian.”
Devi      :   “Ala, omong kosong apa lagi nih !” (meninggalkan teman-temannya).
Nova     :   “Setan apa yang merasuki anak itu ?”
Dwi        :   “Husst, gk boleh. “
Rifda     :   “Bisa-bisanya Devi berbuat begitu kepada Lesy. Padahal selama ini dia yang selalu membela Lesy kalau ada masalah. “
Nova     :   “Betul itu.”
Rifda     :   “Pantas saja ?”
Dwi        :   “Pantas saja apanya ?”
Nova     :   “Sudahlah jangan dibahas lagi, mending kita pulang saja.” (seru nova).
Rifda     :   “Ya sudahlah. Ayo “
Dua minggu telah berlalu Lesy tidak perna lagi terlihat di sekolah. Saat teman -temannya pergi ke sekolah, mereka tidak sengaja melihat Lesy di pinggir jalan sedang mencari barang bekas.
Dwi        :   “Hey, bukankah itu Lesy ?” ( menunjuk ke arah Lesy).
Rifda     :   “iya betul itu Lesy. Sedang apa dia di sana ?”
 (mereka pun menarik Devi yang jalan di belakangnya dan sedang asyik dengan iphone-nya untuk menghampiri Lesy.
Devi      :   “Apaan sih kalian ini? “
Dwi        :   “Lihat itu ?” (mengarah ke Lesy).
Nova     :   “Lesy itu kamu kan?” (memegang pundak Lesy).
Lesy      :   “siapa ya ?” (menoleh ke arah temannya).
Devi      :   “hahaha...... Pasti sedang mulung deh. Namanya aja orang miskin.” (dengan nada kasar).
Lesy      :   (menunduk).
Devi      :   “Betulkan yang aku bilang !”
Dwi        :   “Sudahlah Devi, meskipun begitu Lesy itu sahabatmu.” (menasehati).
Devi      :   “Gak sudi aku punya sahabat seperti dia.”
Lesy      :   “Teganya kamu bilang begitu padaku. Kamu berubah sekali dari yang ku kenal.”
Rifda     :   “Sabar ya ! Kenapa kamu tidak masuk sekolah lagi ?” (memegang pundak Lesy)
Lesy      :   “Begini, karna orang tuaku bangkrut. Aku terpaksa mencari uang untuk bantu – bantu keluargaku dan sekaligus menbiayai sekolah adikku meskipun tidak seberapa.” (tegasnya).
Nova     :   “Mulia sekali hatimu sobat.” (tersenyum).
Devi      :   “hahaha.... Mulia apanya ? dia hanya ingin cari muka tahu. Kalian ini gampang sekali dibodohin sama dia.” (dengan tampang yang angkuh).
Lesy      :   “Aku bukan orang seperti itu ?” (menangis)
Devi      :   “Lalu apa ?”
Rifda     :   “kamu keterlaluan Dev.” (terbawa emosi)
Lesy      :   “Aku memang miskin tapi aku masih punya perasaan. “
Dwi        :   “Kamu enggak berhak bicara seperti itu kepada temanmu sendiri.”
Devi      :   “Emang kamu punya perasaan ?”
Lesy      :   “Kalau memang kamu tidak mau berteman dengan ku jangan perna hina keluargaku lagi.”
Dwi        :   “Sudah.” (menenangkan suasana).
Lesy      :   “Satu hal yang harus kamu tahu, aku tidak perna menyesal mempunyai teman sepertimu.” (Lesy pun lari meninggalkan mereka berempat dengan perasaan yang bercampur aduk).
Nova     :   “Lesy jangan lari !” (berteriak)
Dwi        :   “Sudah puas kamu menyakiti dia ! “ (marah).
Devi      :   “Kamu ngomong apa sih ?”
Dwi        :   “Kamu enggak boleh begitu. suatu saat kamu juga akan merasakan apa yang dirasakan oleh Lesy sekarang. “ (menasehati).
Rifda & Nova   :   “Betul itu.”
Devi      :   “Hahaha... Tidak mungkin. Keluargaku tidak mungkin jatuh miskin seperti dia.”
Rifda     :   “Kamu yakin ?” (kesal)
Devi      :   “lya dong. Harta keluargaku gak akan habis tujuh keturunan” (tegas Devi sambil tertawa meninggalkan ketiga temannya).
Nova     :   “Sombong sekali anak itu. Semoga hidupnya baik-baik saja!“ (merasa kasihan).
Dwi        :   “Ya semoga saja.” (mengangkat bahunya).
Rifda     :   “Memang harta dapat mengubah sikap seseorang. “
Dwi        :   “Ya. Aku pun berpikiran sama denganmu.”
Nova     :   “Semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu dengan Lesy kembali ?” (berharap).
Rifda     :   “Semoga saja. “
           (mereka bertiga akhirnya melanjutkan perjalanan ke sekolah.)
Hari itu merupakan hari terakhir mereka bertemu dengan Lesy. Setelah tamat sekolah Devi pun merasakan apa yang perna dirasakan oleh Lesy dulu. Keluarganya bangkrut ditipu oleh orang lain. Tapi sayang Devi tidak bisa terima dengan hidupnya yang sekarang sudah jatuh miskin. Ia frustasi dan selalu beranggapan bahwa semua ini salah Lesy.
Kesimpulan     :
Janganlah perna kita melupakan ataupun membenci sahabat kita sendiri apapun yang terjadi, karena sahabat memberi warna dalam hidup kita. Apabila sahabat kita ada masalah kita haru menolongnya bukan menghina ataupun menjahuinya.
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar