ini adalah drama kelompok kami, ya semoga aja kalian suka.......:D
Devi dan Lesy merupakan
sahabat baik. Mereka telah bersahabat dari kecil, tapi suatu hari ketika
keluarga Lesy jatuh miskin karena bangkrut. Devi pun tidak ingin lagi
bersahabat dengan Lesy. Suatu siang ketika Lesy, Devi, Dwi, Nova, dan Rifda
sedang berada di dalam kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah. Lesy
dengan berat hati mengatakan kepada Devi untuk membantunya, karena menurutnya
merupakan sahabat terbaiknya dan mau menolongnya saat susah maupun senang. Tapi
yang Lesy dapat bukanlah pertolongan melainkan hinaan dari Devi.
Lesy : “ Devi, bisakah kamu menolongku untuk
membersihkan
papan tulis itu ! “ (sambil
memegang sapu dan mengarahkan
penghapus papan tulis ke arah
Devi).
Devi : “Apa, menolongmu ! Enggak salah, kamu itu
siapa ? ” (dengan wajah yang marah).
Lesy : “Kenapa dengan mu, Dev ! Bukankah kita
sahabat, masa kamu sudah lupa dengan itu semua. “ (dengan nada yang halus).
Devi : “Sahabat kamu bilang. Ohh,,, no... kamu bukan
sahabat aku. Aku enggak level punya sahabat kayak kamu. “ (sambil mendorong
Lesy).
Dwi : “Hey, ada apa dengan kalian berdua, kenapa
bertengkar ? “ (binggung).
Lesy : “Enggak ada apa-apa, kita berdua baik-baik saja.
Ya kan, Dev ? “ (tersenyum mengarah ke Devi).
Devi : “Apa
kamu bilang baik-baik saja ! Gini ya Dwi, tadi si miskin ini minta bantuan sama
aku dan dia juga bilang bahwa dia sahabat aku ? Ogah deh. “ (sambil menunjuk ke
arah Lesy).
(Lesy pun pergi karna mendengar
perkataan Devi tersebut)
Dwi : “Jangan begitu, Dev ! Bukankah kalian
bersahabat dari kecil. Hanya karena keluarga Lesy jatuh miskin kamu menjauhinya.”
(menasihati dan memegang pundak Devi).
Rifda : “Seharusnya saat-saat seperti ini lah kamu
tunjukan kepadanya kalau kamu sahabat yang baiknya, bukan malah meninggalkannya.
“ (menyambung perkataan Dwi).
Nova : “Betul itu ! Sahabat seperti apa kamu ini ?”
Devi : “Kalian pikir kalian siapa beraninya
menasehatiku. Sok baik ! Jangan perna ikut campur urusan aku dengan Lesy. ”
(memukul meja).
Rifda : “Kita enggak bermaksud ikut campur urusan
kalian.”
Devi : “Ala, omong kosong apa lagi nih !”
(meninggalkan teman-temannya).
Nova : “Setan apa yang merasuki anak itu ?”
Dwi : “Husst, gk boleh. “
Rifda : “Bisa-bisanya Devi berbuat begitu kepada Lesy.
Padahal selama ini dia yang selalu membela Lesy kalau ada masalah. “
Nova : “Betul itu.”
Rifda : “Pantas saja ?”
Dwi : “Pantas saja apanya ?”
Nova : “Sudahlah jangan dibahas lagi, mending kita
pulang saja.” (seru nova).
Rifda : “Ya
sudahlah. Ayo “
Dua
minggu telah berlalu Lesy tidak perna lagi terlihat di sekolah. Saat teman -temannya
pergi ke sekolah, mereka tidak sengaja melihat Lesy di pinggir jalan sedang
mencari barang bekas.
Dwi : “Hey, bukankah itu Lesy ?” ( menunjuk ke arah
Lesy).
Rifda : “iya
betul itu Lesy. Sedang apa dia di sana ?”
(mereka pun menarik Devi yang jalan di
belakangnya dan sedang asyik dengan iphone-nya untuk menghampiri Lesy.
Devi : “Apaan sih kalian ini? “
Dwi : “Lihat itu ?” (mengarah ke Lesy).
Nova : “Lesy itu kamu kan?” (memegang pundak Lesy).
Lesy : “siapa ya ?” (menoleh ke arah temannya).
Devi
: “hahaha...... Pasti sedang mulung deh. Namanya
aja orang miskin.” (dengan nada kasar).
Lesy : (menunduk).
Devi : “Betulkan
yang aku bilang !”
Dwi : “Sudahlah Devi, meskipun begitu Lesy itu
sahabatmu.” (menasehati).
Devi : “Gak sudi aku punya sahabat seperti dia.”
Lesy : “Teganya kamu bilang begitu padaku. Kamu
berubah sekali dari yang ku kenal.”
Rifda : “Sabar ya ! Kenapa kamu tidak masuk sekolah
lagi ?” (memegang pundak Lesy)
Lesy : “Begini, karna orang tuaku bangkrut. Aku
terpaksa mencari uang untuk bantu – bantu keluargaku dan sekaligus menbiayai
sekolah adikku meskipun tidak seberapa.” (tegasnya).
Nova : “Mulia sekali hatimu sobat.” (tersenyum).
Devi : “hahaha.... Mulia apanya ? dia hanya ingin
cari muka tahu. Kalian ini gampang sekali dibodohin sama dia.” (dengan tampang
yang angkuh).
Lesy : “Aku bukan orang seperti itu ?” (menangis)
Devi
: “Lalu apa ?”
Rifda : “kamu keterlaluan Dev.” (terbawa emosi)
Lesy : “Aku memang miskin tapi aku masih punya
perasaan. “
Dwi : “Kamu enggak berhak bicara seperti itu kepada
temanmu sendiri.”
Devi : “Emang kamu punya perasaan ?”
Lesy : “Kalau memang kamu tidak mau berteman dengan
ku jangan perna hina keluargaku lagi.”
Dwi : “Sudah.” (menenangkan suasana).
Lesy : “Satu hal yang harus kamu tahu, aku tidak
perna menyesal mempunyai teman sepertimu.” (Lesy pun lari meninggalkan mereka
berempat dengan perasaan yang bercampur aduk).
Nova : “Lesy jangan lari !” (berteriak)
Dwi : “Sudah puas kamu menyakiti dia ! “ (marah).
Devi : “Kamu ngomong apa sih ?”
Dwi : “Kamu enggak boleh begitu. suatu saat kamu
juga akan merasakan apa yang dirasakan oleh Lesy sekarang. “ (menasehati).
Rifda
& Nova : “Betul itu.”
Devi : “Hahaha... Tidak mungkin. Keluargaku tidak
mungkin jatuh miskin seperti dia.”
Rifda : “Kamu yakin ?” (kesal)
Devi : “lya dong. Harta keluargaku gak akan habis
tujuh keturunan” (tegas Devi sambil tertawa meninggalkan ketiga temannya).
Nova : “Sombong sekali anak itu. Semoga hidupnya
baik-baik saja!“ (merasa kasihan).
Dwi : “Ya semoga saja.” (mengangkat bahunya).
Rifda : “Memang harta dapat mengubah sikap seseorang.
“
Dwi : “Ya. Aku pun berpikiran sama denganmu.”
Nova : “Semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu
dengan Lesy kembali ?” (berharap).
Rifda : “Semoga
saja. “
(mereka
bertiga akhirnya melanjutkan perjalanan ke sekolah.)
Hari
itu merupakan hari terakhir mereka bertemu dengan Lesy. Setelah tamat sekolah
Devi pun merasakan apa yang perna dirasakan oleh Lesy dulu. Keluarganya
bangkrut ditipu oleh orang lain. Tapi sayang Devi tidak bisa terima dengan
hidupnya yang sekarang sudah jatuh miskin. Ia frustasi dan selalu beranggapan
bahwa semua ini salah Lesy.
Kesimpulan :
Janganlah
perna kita melupakan ataupun membenci sahabat kita sendiri apapun yang terjadi,
karena sahabat memberi warna dalam hidup kita. Apabila sahabat kita ada masalah
kita haru menolongnya bukan menghina ataupun menjahuinya.